There is no rule on how to write. Sometimes it
comes easily and perfectly: sometimes it’s like drilling rock and then blasting
it out with charges – Ernets Hemingway
Writer’s Block merupakan sebuah kondisi psikologis dimana
seorang menulis merasa tidak mampu menulis. Penulis tidak mampu menulis. Ya,
terdengar lucu memang. Tapi saya rasa setiap penulis pasti pernah mengalami
masa-masa ini. Suatu keadaan dimana seluruh ide di otak tidak mampu
diterjemahkan ke dalam tulisan. Suatu keadaan ketika semangat menulis menguap
entah kemana. Writer’s block, setiap
penulis pasti pernah mengalaminya. Bahkan, J.K Rowling saja pernah mengalami
kondisi ‘tidak bisa menemukan kata-kata untuk ditulis’.
Penyebab writer’s block ini bermacam-macam dan
berbeda-beda bagi setiap orang. Ada yang karena memang secara klinis menderita
depresi, ada yang disebabkan oleh tuntutan pada diri sendiri untuk membuat
suatu karya yang luar biasa, ada yang disebabkan karena dituntuk menulis banyak
hal yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, ada yang disebabkan karena deadline yang terlalu mepet, dan lain
sebagainya.
Tapi, tidak
perlu panik ketika kita mengalami writers block. Kenapa? Karena panik tidak akan
membantu sama sekali. Tenang saja, menurut American
Heritage Dictionary, writers block is a ussualy temporary psychological
inability to begin or continue work on a piece of writing. Ya, kondisi ini
hanya temporary. Sementara. Suatu
saat pasti juga akan berlalu. Contohnya, Henry Roth, penulis novel “Call It Sleep”. Novel ini diterbitkan
pada tahun 1943. Roth kemudian menerbitkan novel keduanya yang berjudul “Nature’s First Green” pada tahun 1979.
Yap, baru 36 tahun kemudian Roth menerbitkan novelnya. Hal ini karena Roth
mengalami writer’s block tingkat akut.
Tiga puluh enam tahun dan akhirnya berlalu juga. Roth dapat bangkit dan
mengalahkan writer’s block yang ia
derita.
Anyway, sama
seperti penyebab yang bermacam-macam dan berbeda-beda stiap orang, cara untuk mengatasi
writer’s block ini pun juga demikian.
Stephen King
contohnya, ia menggunakan metafora peralatan bangunan dan pekerjaan fisik untuk
menganalogikan kegiatan menulisnya. Coba untuk berpikir bahwa menulis itu sama
seperti membangun rumah dan kita adalah pekerja bangunannya. Kalau peralatan
yang digunakan oleh para pekerja bangunan itu seperti sendok semen, maka alat
yang digunakan penulis adalah laptop, desktop PC, notebook, pena, dan kertas. Kalau bahan yang digunakan oleh para
pekerja bangunan itu adalah batu-bata dan semen, maka bagi penulis, bahan yang
digunakan adalah kata-kata, kalimat-kalimat, dan paragraf-paragraf. Nah jika
semua perlatan dan bahan itu sudah tersedia, maka yang perlu penulis lakukan hanyalah
duduk! Ya, duduk dan gunakan alat-alat tersebut, keluarkan dan susun saja
kata-kata, kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf yang ada. Pada akhirnya, ‘bangunan
tulisa’ tersebut akan terbentuk juga.
Namun, untuk
melakukan hal seperti itu, jangan terlalu keras pada diri sendiri, ketika kita tidak
bisa menghasilkan tulisan yang keren atau kita tidak bisa dengan lancar
menulis, biar saja. Jangan malah sibuk memikirkan hal-hal yang tidak penting
seperti, ‘Kenapa tulisan aku jadi ancur
gini ya?’ atau ‘Kok kemajuan tulisan
aku pelan gini ya?’. Tidak perlu. Terus menulis sampai selesai, nanti akan
ada kesempatan untuk menyunting.
Jangan memaksakan
diri untuk terus-terusan menulis. Kadang-kadang, writer’s block merupakan salah satu tanda bahwa seorang penulis
mengalamii kelelahan secara mental. Segera
istirahat. Lalu kembali pada tulisan tersebut beberapa hari kemudian untuk
mengedit. Biasanya, setelah beristirahat total, penulis akan lebih bisa menilai
tulisan sendiri dengan lebih objektif.
Keluar dari
ruang kerja dan mengobrol. Mengobrol dan bertemu dengan orang lain dapat
membuat penulis mendapatkan inspirasi. Ya, inspirasi tersebut bisa didapatkan
dari perkataan lawan bocara. Bahkan sering kali penulis bisa mengeluarkan opini
dan pemikiran yang tidak terpikirkan oleh penulis ketika dia hanya berhadapan
dengan laptop.
Untuk
mendapatkan inspirasi atau setidaknya perasaan senang, maka penulis pun sebaiknya
mendengarkan musik, menonton film atau membaca buku yang penulis sukai. Jangan
pernah memaksakan diri untuk menonton atau membaca buku yang tidak disukai,
karena akan berakhir pada kelelahan mental.
Cari suasana
baru. Terkadang, ketika penulis hanya berada pada ruang kerja yang sama dalam
waktu yang lama, penulis akan mengalami kejenuhan. Nah, gak ada salahnya jika mencoba untuk berpindah tempat. Cari tempat yang
bisa menenangkan, sehingga inspirasi akan mudah didapatkan.
Ada beberapa
penulis yang merasa terbantu dengan mengerjakan beberapa proyek menulis
sekaligus. Mereka bisa berpindah dari satu tulisan ke tulisan lain, sebagai
bentuk menghindari rasa bosan akan tulisan yang itu-itu saja.
Yang
terakhir, tulislah apa yang disukai dan dengan cara yang disuka. Menulislah
tanpa beban harus terlihat keren, harus hati-hati, harus laku dijual dan
tuntutan lannya. Dengan begitu, penulis akan mampu menulis dengan perasaan
senang. Menulis dengan perasaan senang akan sangat membantu penulis, bukan
hanya melewati writer’s block, tapi
juga melewati rintangan-rintang lain. Lagi pula, ketika seorang penulis menulis
dengan mencurahkan hati dan passionnya, perasaan ini akan terasa oleh para
oembaca ketika mereka membaca tulisan tersebut.
NB:
Diadaptasi
dari Novel karya Okke ‘Sepatumerah’ yang berjudul ‘Heart Block’.