Saturday 30 November 2013

Selamat Ulang Tahun, Ayah


Jakarta, 29 November 2013

Hai lelaki hebat yang paling aku kenal. Hari ini adalah hari spesial bagimu. Hari dimana usiamu bertambah satu. Hari dimana kamu harus menjadi pribadi yang lebih dewasa, lebih baik dan jauh lebih baik dari sebelumnya. Selamat datang usia yang tak lagi muda.:) Semoga semua yang kamu cita-citakan dapat terealisasikan dengan sempurna. Mungkin bait-bait doa yang kupanjatkan untukmu tak begitu nampak bagimu, tapi ketahuilah ini tulus kuperuntukan untuk dirimu yang selalu menginspirasiku melalui karya-karyamu, melalui bait lagu yang kamu ciptakan, melalui novel yang kamu karang. Terimakasih Tuhan karena telah memberikan bakat itu kepadamu. Tuhan, jaga selalu dirinya karena aku menyayanginya. Aamiin J

Thursday 28 November 2013

IRONI: Garam Impor di Negeri Bahari

Gambar: www.pdk.or.id
Indonesia, negeri bahari dengan ribuan pantai. Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia. Laut Indonesia sangat luas dengan garis pantai yang sangat panjang. Luas laut Indonesia yang mencapai 5,8 juta km2, terdiri dari 0,3 juta km2 perairan teritorial, 2,8 juta km2 perairan pedalaman dan kepulauan, 2,7 juta km2 Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), serta terdiri lebih dari 17.500 pulau. Indonesia menyimpan kekayaan yang luar biasa (setkab.go.id). Namun sayangnya Indonesia belum mampu memanfaatkan semua potensi dan kekayaan yang dimiliki dengan optimal. Contoh kecil saja terkait produk garam, sampai saat ini Indonesia mengimpor ratusan ribu ton garam yang bernilai puluhan juta US$ dari luar negeri.

Australia, negara yang hanya memiliki garis pantai sepanjang 25.760 km ini merupakan pemasok garam terbesar untuk Indonesia. Pada Juni 2013 saja, impor garam yang dilakukan Indonesia dari Australia mencapai 111 ribu ton atau US$ 5,4 juta.

Sementara, pada Mei 2013 garam impor yang masuk dari Australia adalah sebesar 98 ribu ton atau US$ 4,8 juta. Secara kumulatif (Januari-Juni 2013), impor garam dari Australia tercatat 733 ribu ton atau US$ 34,2 juta.

Kedua adalah India. Pada Juni 2013, India memang tidak memasok garam ke Indonesia. Namun untuk Mei 2013, garam impor dari India mencapai 47 ribu ton atau senilai US$ 1,97 juta. Jika diakumulasi pada semester I-2013, total impor garam dari India adalah 189 ribu ton atau US$ 7,89 juta.

Ketiga adalah Jerman dengan volume impor di Juni 2013 mencapai 34 ton atau US$ 119 ribu. Bulan-bulan sebelumnya, impor garam dari Jerman tidak terlalu berbeda jauh. Dalam enam bulan, impor garam dari Jerman mencapai mencapai 177 ton atau US$ 445 ribu.

Selanjutnya yang keempat adalah Selandia Baru. Impor garam dari Selandia Baru pada Juni 2013 mencapai 48 ton atau US$ 19 ribu. Sementara pada Mei 2013, garam impor dari Selandia Baru mencapai 480 ton atau US$ 194 ribu. Sementara pada periode Januari-Juni 2013, total impor garam dari Selandia Baru mencapai 816 ton atau US$ 325 ribu.

Terakhir adalah Singapura. Jumlah impor garam dari Singapura pada Juni 2013 mencapai 293 kg atau US$ 1.012. Selama Januari-Juni 2013, garam impor dari Singapura yang masuk mencapai 7,2 ton atau US$ 57 ribu.

Dua negara terakhir, Selandia Baru dan Singapura, bahkan wilayahnya pun sangat kecil dan bukan apa-apa dibanding Indonesia. Ironi ketika dua negara tersebut menjadi pemasok garam bagi Indonesia. Air laut Indonesia dijamin asin juga dan dapat dijadikan bahan baku untuk menghasilkan garam. Setidaknya dalam rangka memenuhi kebutuhan di dalam negeri atau bila perlu diekspor ke luar negeri.

Akibat dari banyaknya garam impor yang masuk ke Indonesia, pada bulan Oktober lalu sejumlah petani garam di daerah Pantura Kabupaten Cirebon dan Indramayu merugi karena harga garam mereka ditawar terlalu murah. Bayangkan, harga sekilo garam mereka hanya Rp. 300,-. Jelas hal itu tidak sebanding dengan biaya produksi yang sudah mereka keluarkan. Padahal kualitas garam kita tidak kalah bagus dengan garam-garam impor itu. Lha wong, air laut kita jga asin kok, malah mungkin lebih asin.

Negara kita benar-benar lebih senang menjadi negara importir daripada negara produsen yang bisa memenuhi kebutuhan sendiri dari tanahnya sendiri, apa lagi menjadi eksportir. Importir jelas jalan termudah untuk mendapatkan “fee” bagi banyak oknum yang terkait di dalamnya. Di mulai dari permainan data hingga pengambilan keputusan. Sebagaimana kasus-kasus yang terungkap, maka patut diduga kondisi Indonesia yang selalu nyaman sebagai importir bisa jadi disebabkan adanya keuntungan dari oknum-oknum yang bermain di dalamnya, yang tidak peduli dengan kemandirian dan kesejahteraan bangsa Indonesia sendiri.


Tak mau banyak menduga-duga, andai saja berbagai pihak mau berusaha lebih dan berupaya keras, tentulah kebutuhan garam dalam negeri bisa dipenuhi dari laut kita sendiri. Memajukan industri garam yang berbasis pada petani-petani garam di daerah pesisir akan sangat membantu dalam meningkatkan perekenomian masyarakat di daerah yang otomatis menyerap tenaga kerja dan memberikan penghasilan untuk kesejahteraan masyarakat. 


Sumber data: 


Monday 25 November 2013

Selamat Hari Guru



Guruku tersayang..
Guruku tercinta..
Tanpamu apa jadinya aku..
Tak bisa baca tulis, mengerti banyak hal..
Guruku..
Terima kasihku..
-Lirik lagu Terima Kasih Guruku-



Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Istilah itu sudah sering kita dengar, terlebih lagi saat peringatan hari guru nasional seperti saat ini. Di Indonesia, hari guru nasional biasa diperingati setiap tanggal 25 November. Hal itu karena pada tanggal 25 November merupakan hari ulang tahun organisasi guru di Indonesia, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). 

Guru, sebesar apapun jasa yang ia berikan, tidak ada tanda jasa yang ia terima. Tidak ada pangkat mayor, letnan, ataupun bintang satu dan sebagainya.

Guru juga merupakan soko guru bangsa ini. Tanpa guru sebuah bangsa tidak akan ada artinya, sebesar apapun bangsa itu. Karenanya, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati gurunya.

Well, kalau saya menjabarkan satu-persatu jasa guru, kapasitas artikel ini mungkin tidak akan cukup. Melalui artikel ini saya hanya ingin mengucapkan selamat hari guru untuk semua guru dan calon guru di republik ini.

Selamat hari guru nasional. Terima kasih untuk semua guru yang telah mengajarkanku tentang warna yang indah, tentang garis yang harus dilukis, juga tentang kata yang harus dibaca.

Semoga guru-guru Indonesia semakin profesional sehingga anak-anak bangsa akan menjadi anak yang mandiri, kreatif, dan berkarakter mulia. Aamiin.

Sunday 24 November 2013

Hujan, Jangan buat Mereka Sakit

Anak sekecil itu. Berkelahi dengan waktu. Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu. Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktuDipaksa pecahkan karang. Lemah jarimu terkepal.
Sore, Tugu Pancoran – Iwan Fals 


Hujan,
apakah ada yang ingin kau sampaikan tentang tangan-tangan mungil yang semakin ngilu menahan dinginnya airmu?
lihatlah tangan-tangan mungil itu membiru berlalu lalang.
menjajakan diri bagi yang membutuhkan jasanya untuk sebuah pertahanan hidup.
untuk dua tiga ribu perak.

“oom, payung oom!”
“tante, payung tante!”
“murah oom, murah tante, cuma dua ribu!”

Hujan,
apakah kau dengar suara-suara kecil itu?
apakah kau dengar juga oom-oom dan tante-tante prentele itu tega menawar seribu lima ratus untuk jasa mereka?

Hujan,
disaat sebagian manusia lain menjadikanmu sebagai pengantar tidurnya.
tangan-tangan mungil itu berlomba berbasah-basah demi kesenangan pemakai jasanya.

Hujan,
apakah kau tahu bahwa perut-perut kecil itu menahan lapar dan dahaga demi mengumpul receh untuk menebus impiannya?

Hujan,
mereka menggantungkan cita padamu.
jangan buat mereka sakit.



Saturday 23 November 2013

Koordinat Titik Itu

Di koordinat titik itu..
Kau menggantungkan tinggi harapan.
Menapaki jalan terjal dan berliku.
Setiap tetes keringatmu
Akan menjadi saksi semangatmu
Menunjukkan keteguhanmu
Kegigihan yang terus mendampingimu sampai akhir
Menuju titik koordinat itu..
Tiga pesanku sebelum kau menuju titik koordinat itu
Baca Basmalah sebelum berpetualang,
Sebut Tasbih di setiap perjalanan,
dan
Ucapkan Hamdalah setelah kau kembali pulang.


PS: (mungkin aku tidak ikut pergi ke koordinat titik itu)

Wednesday 20 November 2013

Kamu Pernah Merasakan Goncangan?

Kamu pernah merasakan goncangan?
Bukan gempa tapi..
Bukan kendaraan yang dipacu dengan cepat di atas gelondongan tanah..
Bukan pula saat tempat tidurmu digoyangkan untuk membangunkanmu..
Tapi goncangan itu seperti ini..
Biar aku gambarkan melalui kata.
Goncangan itu saat...
Jantungmu berdetak tak beraturan.
Bahumu naik-turun tak karuan.
Hingga kamu merasa sulit bernafas.
Hingga kamu tak sanggup menahan butiran air yang memaksa untuk turun di matamu.
Kamu pernah merasakan goncangan?
Iya, yang seperti itu..
Aku sering..
Terlalu sering..

Saat aku mendengar ceritamu tentangnya..


-OK- 

Tuesday 12 November 2013

Mimpi Tentang Kamu

Semalam itu mimpi tentang kamu.
Di mimpi itu kamu bercerita kepadaku.
Tentang kegiatanmu, tentang hidupmu, juga tentang mimpimu.
Aku hanya mendengarkan.
Hanya mendengarkan.
Aku tak mampu mencerna setiap ceritamu.
Aku menunduk mendengarkan kamu bercerita.
Sesekali aku mencoba memberanikan diri untuk menatapmu.
Dan kamu masih tetap melanjutkan ceritamu.
***
Aku terbangun.
Mencoba menafsirkan mimpi itu sendiri.
Mungkin aku rindu.
Lima tahun sudah aku tidak mendengar cerita-ceritamu.
Mungkin aku yang harus mulai menyapamu dahulu..

“Kamu, apa kabar?”



-OK-

Saturday 9 November 2013

Yang Seperti Itu...

Kelak,aku ingin menjadi istri yang seperti itu..
yang taat dan patuh pada suaminya karena Allah SWT..
yang bisa menjaga kehormatannya ketika suami bepergian..

Kelak, aku ingin menjadi ibu yang seperti itu..
yang sepenuh hati mengasuh dan mendidik anak-anakku..
menemani setiap waktu berharga ketika ia pertama kali berbicara, pertama kali berjalan, pertama kali masuk sekolah..
dan hal-hal berharga lainnya..

Kelak, aku ingin menjadi seorang guru yang seperti itu..
yang dengan tulus mendidik siswa-siswaku..
yang dengan sepenuh hati mencintai pekerjaanku..

Kelak, aku ingin menjadi pendidik sekaligus pembelajar yang seperti itu..
yang tak pernah lelah menuntut ilmu..
yang tak pernah lelah berbagi ilmu..

Kelak, aku ingin menjadi anak seperti itu..
yang sampai kapanpun mencintai dan membanggakan orang tua..
memberikan yang terbaik untuk mama dan bapak hingga nafas terakhirku..

Kelak, aku ingin menjadi hamba Allah yang seperti itu..
yang benar-benar mengembalikan semua urusanku pada-Nya..
karena sejatinya hanya pada Allah kita akan kembali..


Maka entah harus berapa lama lagi aku melewati pemantasan-pemantasan diri agar bisa menjadi seperti itu, aku tak pernah tahu..

Bismillahirrahmanirrahim, i’m on my way to be “Yang Seperti Itu” :)



-OK-

Wednesday 6 November 2013

Seseorang yang tidak boleh disebut namanya




Holaaa, puisi ini sebenarnya sudah aku tulis tiga hari yang lalu. Tapi, baru sempat posting sekarang. Hehehe. Oke, no problemo :p

Well, kali ini aku mencoba menulis puisi tapi dengan melihat prespektif dua orang. Pada puisi pertama,  aku mengambil sudut pandang orang yang mengagumi seseorang, tapi dia malu untuk mengungkapkannya secara langsung. Mungkin ada suatu hal yang membuatnya tidak bisa mengungkapkan kekagumannya itu. Silakan difikirkan dan dipersepsikan sendiri. Nah di puisi kedua, aku mengambil sudut pandang orang yang dikagumi.

Semua orang bebas mengartikan puisi ini seperti apa. Semua orang bebas menyimpulkan ending dari puisi ini seperti apa. Oke. Selamat menikmati ^^,

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seseorang yang tidak boleh disebut namanya

 
Pagi ini aku masih melafalkan sajak-sajak tentangmu.
Kamu yang tak boleh disebut namanya..
Hei, pernahkah kamu menyadari bahwa aku selalu memandangimu dalam diam?
Tersenyum saat kau tertawa lepas di tengah kumpulan temanmu..
Timbul kupu-kupu kecil dalam perutku saat melihat kau yang tersipu malu..
Pernah menyadari bahwa aku selalu menghindari menatap matamu langsung?
Karena takut kalau-kalau kau bisa membaca perasaanku lewat tatapanku..
Mungkin itu yang membuatmu tak menyadari kehadiranku..

***

Untuk dia yang tak kunjung menyebut namaku di goresan penanya


Kenapa?
Terlalu takut terhadap perspektif orang lain?
Atau
Terlalu takut mngakui rasa?
Adakah yang salah dengan kebersamaan yang singkat namun menuai banyak cerita?
Untuk dia yang tak kunjung menyebut namaku di goresan penanya..
Ku harap, kau selalu menyebut namaku dalam setiap doa dan pengharapanmu..


-OK-

Sunday 3 November 2013

Kenapa Harus Pantai?



Saya selalu teringat sebuah nasihat dari Khalifah Ali bin Abi Thalib:

“Wahai anakku! Dunia ini bagaikan samudra dimana banyak ciptaan ciptaan-Nya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu; dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan.” (Ali bin Abi Thalib R.A).

Saya selalu menyukai keindahan pantai. Ombak yang berteriak. Hamparan pasir. Angin yang bertiup. Nyiur yang melambai seolah menyambut setiap insan yang datang. Kumpulan burung yang terbang bergerombol. Awan yang berkerumul. Di lain tempat kita juga akan menemukan pantai berkarang tempat hewan laut berlindung dan melanjutkan hidupnya. Apapun tentang pantai, saya suka.

Saya tidak bisa berenang. Tapi, saya suka pantai. Di pantai, saya bisa menunggu mentari yang malu-malu menunjukkan dirinya. Di pantai, saya bisa sekedar duduk, berbagi ketenangan dan udara yang menentramkan. Melupakan sejenak segala beban yang rasanya sedemikian berat. Di pantai, saya bisa berkejaran dengan ombak, berlagak hebat menantang ombak, membuat benteng raksasa dari pasir atau membuat replika candi-candi. Di pantai, saya bisa mengantar mentari ke peraduannya. Menikmati jingga yang merona, sesekali menghempaskan kaki memecah ombak yang berkejaran.

Saya ingin menjelejah setiap pantai yang ada di Indonesia. Ya, Indonesia. Indonesia punya banyak pantai. Tapi sayang, pantai tersebut justru tidak terawat dengan baik. Banyak orang-orang Indonesia sendiri yang tidak tahu kalau ada pantai dengan nama “ini” loh di negaranya. Bandingkan dengan Singapura, negara yang luasnya tidak lebih dari kota Jakarta dan punya pantai yang jumlahnya tidak lebih dari 5 buah ini lebih banyak dikunjungi wisatawan dibandingkan dengan Indonesia yang punya banyak sekali pantai-pantai indah.

Kembali ke pertanyaan yang ada pada judul tulisan ini. Kenapa harus pantai? Karena saya suka dan saya ingin orang lain juga menyukai pantai. Khususnya pantai-pantai yang ada di Indonesia. Saya akan mengabarkan kepada mereka bahwa pantai di negara kita bagus loh. Saya akan bercerita kepada mereka tentang eksotismenya pantai-pantai di Indonesia. Saya akan memotretnya dengan kamera 5 megapixel. Dan saya akan menunjukkannya kepada setiap orang yang ingin mengetahui tentang keindahan pantai, tentang nyanyian nyiur pantai, tentang kepasrahan pasir pantai, tentang keramaian ombak pantai, dan tentang ketegaran karang pantai.

-OK-