Monday 16 December 2013

Hujan, Aku dan Mama

Hujan tidak pernah membosankan bagiku. Hujan selalu berirama saat jatuh ke bumi. Hujan menari ketika tiba di daratan dan hujan, hujan tak pernah sendiri. selalu beramai-ramai, riuh dan bersorak bunyinya. aku suka hujan, karena hujan menyelamatkanku dari waktu yang lamban. saat hujan turun, waktu seolah berlari mendahuluiku. tapi aku paling suka jika tetesan hujan jatuh di pelepah pisang. ia akan berkumpul jadi satu dan menimbulkan bunyi : tik...tik...tik! dan suara itu akan menggambar memoriku, mundur beberapa belas tahun yang lalu, di sebuah desa kecil, di bagian tengah Pulau Jawa...

saat hujan turun, aku menangis. terisak dan sulit berhenti. aku akan berlari untuk bersembunyi dari jendela. karena aku percaya hujan datang lewat jendela. di dalam selimut, pojokkan kamar, aku bersembunyi. sampai tertidur karena kelelahan menunggu hujan berhenti. kadang aku bosan sembunyi dan aku akan berlari mencari mama. mungkin di dekat mama hujan tidak akan menggangguku. kalau mama melihat aku manja bergelendotan di lengannya, ia pasti tertawa. mengomeliku namun tidak marah. mungkin mengejek lebih tepat. mimiknya akan berubah, bibirnya dimajukan persis seperti ikan koi. lalu ia mulai bercerita hal menyengkan tentang hujan katanya kalau hujan turun, beruang, kelinci dan sahabatnya yang lain tidak jadi pergi berenang. mereka akan pulang ke rumah beruang dan berpesta. mama bilang, di pestanya banyak permen, kue dan minuman. lalu mereka semua akan masuk ke dalam selimut dan berpelukkan. supaya tubuh mereka tetap hangat. mama pun mengajakku masuk ke dalam selimut. lalu ia mulai bernyanyi...

"tik...tik...tik, bunyi hujan di atas genting airnya turun, tiak terhinga cobalah tengok, daun dan ranting pohon dan kebun basah semua..."

walau suaranya tidak indah, tapi mampu membuatku merasa damai. dan aku akan tidur, walau hujan terus turun...dekat denganku...

sekarang jika aku melihat hujan, aku akan rindu. aku ingat jendela besar, tempat dimana aku percaya hujan masuk. pojok kamar tempat yang kecil dan gelap. atau selimut merah besar yang hangat, yang kubayangkan juga dipakai oleh beruang dan temannya. aku rindu pulang. aku rindu jadi anak kecil. manja, penakut, percaya pada segalanya dan yang terpenting, aku selalu dekat mama.

kalau hujan turun, pikiranku melayang dan bersenang-senang di halusinasi indah itu. saat aku sadar, hujan masih turun. dan aku jadi ketakutan lagi. segera kuraih telepon dan, "halo mama, apa kabar?"

(seolah 1000 tahun aku berpisah. itulah mengapa hujan tak pernah membosankan. ia mencairkan kesenangan yang telah membeku)

No comments:

Post a Comment