Wednesday 6 November 2013

Seseorang yang tidak boleh disebut namanya




Holaaa, puisi ini sebenarnya sudah aku tulis tiga hari yang lalu. Tapi, baru sempat posting sekarang. Hehehe. Oke, no problemo :p

Well, kali ini aku mencoba menulis puisi tapi dengan melihat prespektif dua orang. Pada puisi pertama,  aku mengambil sudut pandang orang yang mengagumi seseorang, tapi dia malu untuk mengungkapkannya secara langsung. Mungkin ada suatu hal yang membuatnya tidak bisa mengungkapkan kekagumannya itu. Silakan difikirkan dan dipersepsikan sendiri. Nah di puisi kedua, aku mengambil sudut pandang orang yang dikagumi.

Semua orang bebas mengartikan puisi ini seperti apa. Semua orang bebas menyimpulkan ending dari puisi ini seperti apa. Oke. Selamat menikmati ^^,

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seseorang yang tidak boleh disebut namanya

 
Pagi ini aku masih melafalkan sajak-sajak tentangmu.
Kamu yang tak boleh disebut namanya..
Hei, pernahkah kamu menyadari bahwa aku selalu memandangimu dalam diam?
Tersenyum saat kau tertawa lepas di tengah kumpulan temanmu..
Timbul kupu-kupu kecil dalam perutku saat melihat kau yang tersipu malu..
Pernah menyadari bahwa aku selalu menghindari menatap matamu langsung?
Karena takut kalau-kalau kau bisa membaca perasaanku lewat tatapanku..
Mungkin itu yang membuatmu tak menyadari kehadiranku..

***

Untuk dia yang tak kunjung menyebut namaku di goresan penanya


Kenapa?
Terlalu takut terhadap perspektif orang lain?
Atau
Terlalu takut mngakui rasa?
Adakah yang salah dengan kebersamaan yang singkat namun menuai banyak cerita?
Untuk dia yang tak kunjung menyebut namaku di goresan penanya..
Ku harap, kau selalu menyebut namaku dalam setiap doa dan pengharapanmu..


-OK-

No comments:

Post a Comment