opinion leaders atau pemimpin opini adalah
individu yang memimpin dalam mempengaruhi pendapat orang lain tentang
suatu inovasi.
Karakteristik Opinion Leader:
- External Communication: Hubungan eksternal dapat diberikan oleh pemimpin opini melalui saluran media massa, dll
- Accessibility: Seorang pemimpin opini harus memiliki link jaringan yang luas & mudah diakses.
- Sosioeconomic Status: para adopter/pengikut biasanya mencari pemimpin
opini yang mempunyai status sosial & ekonomi yg lebih tinggi dari
mereka.
- Innovativeness: para pemimpin opini harus mengadopsi ide-ide baru sebelum pengikut mereka.
Sedangkan perbedaan opinion leader dengan agent of change adalah
jika opinion leader adalah orang yang memimpin pendapat agar orang lain
menerima atau menolak untuk mengadopsi suatu inovasi. Sedangkan agent
of change adalah agen dari change agency yang diberikan ”tugas” untuk
mempengaruhi klien dalam mengambil sebuah keputusan inovasi sesuai
dengan yang diinginkan oleh change agency tersebut.
Monday, 28 May 2012
Agent Of Change
Change adalah perubahan yaitu
suatu proses berpindah dari satu tempat atau keadaan yang lama ke
tempat atau keadaan yang baru. Agent merupakan pihak yang berperan dalam
menawarkan sesuatu. Jadi, change agent adalah seorang individu yang
memengaruhi klien dalam mengambil keputusan inovasi agar menghasilkan
sutu perubahan yang sesuai dengan yang diharapkan oleh agen perubahan
itu sendiri. Seorang agen perubahan biasanya mengadopsi sebuah ide
baru, tetapi dia juga dapat memperlambat proses difusi dan mencegah
suatu adopsi dari inovasi dengan efek yang tidak diharapkan.
Guru harus benar-benar menjadi “agen perubahan” dan menjadi sosok profesional yang senantiasa bersikap responsif dan kritis terhadap berbagai perkembangan dan dinamika peradaban yang terus berlangsung di sekitarnya. Guru harus menjadi orang yang memiliki jati diri kuat, senantiasa menjadi tauladan dan merencanakan, melaksanakan pembelajaran dengan serius sepenuh hati. Guru -bersama stakeholder pendidikan yang lain - harus selalu menjadikan sekolah bagaikan“magnet” yang mampu mengundang daya pikat anak-anak bangsa untuk berinteraksi, berdialog, dan bercurah pikir dalam suasana lingkungan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Guru diharapkan mampu memainkan peran membawa perubahan-perubahan positif bagi anak didik dan sekolahnya. Peran itu setidaknya dijalankan dalam konteks kurikulum, di mana guru menjalankan kurikulum dan mengevaluasi pelaksanaan kurikulum dalam interaksi bersama anak didik di kelas. Lebih luas dari itu, seorang guru juga diteladani oleh anak didiknya dalam kaitan dengan kebiasaan pribadi yang dilakukannya. Itulah tanggungjawab moral guru sebagai change agent untuk siswanya
Guru harus benar-benar menjadi “agen perubahan” dan menjadi sosok profesional yang senantiasa bersikap responsif dan kritis terhadap berbagai perkembangan dan dinamika peradaban yang terus berlangsung di sekitarnya. Guru harus menjadi orang yang memiliki jati diri kuat, senantiasa menjadi tauladan dan merencanakan, melaksanakan pembelajaran dengan serius sepenuh hati. Guru -bersama stakeholder pendidikan yang lain - harus selalu menjadikan sekolah bagaikan“magnet” yang mampu mengundang daya pikat anak-anak bangsa untuk berinteraksi, berdialog, dan bercurah pikir dalam suasana lingkungan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Guru diharapkan mampu memainkan peran membawa perubahan-perubahan positif bagi anak didik dan sekolahnya. Peran itu setidaknya dijalankan dalam konteks kurikulum, di mana guru menjalankan kurikulum dan mengevaluasi pelaksanaan kurikulum dalam interaksi bersama anak didik di kelas. Lebih luas dari itu, seorang guru juga diteladani oleh anak didiknya dalam kaitan dengan kebiasaan pribadi yang dilakukannya. Itulah tanggungjawab moral guru sebagai change agent untuk siswanya
Atribut Inovasi
Atribut inovasi adalah segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi cepat lambatnya laju suatu inovasi
untuk diadopsi oleh anggota sistem sosial. Atribut inovasi juga dapat
diartikan sesuatu yang dapat mempengaruhi suatu inovasi diterima atau
tidak oleh suatu anggota sistem sosial. Atribut atau karakteristik
inovasi ini berkenaan dengan keuntungan relatif, kesesuaian, kerumitan,
kemudahan diamati, dan kemungkinan dicoba dari inovasi menurut persepsi
calon adopter dan akan dijadikan dasar untuk menilai inovasi. Hubungan
anatara inovasi dengan tingkat kecepatan adopsi adalah cepat atau
lambatnya suatu inovasi dapat diterima akan sangat tergantung pada
tingkat kecepatan inovasi itu sendiri dan juga dipengaruhi oleh
atribut-atribut inovasi. Oleh karena itu seorang change agent harus
senantiasa memmperhatikan tingkat kecepatan inovasi dan atribut
inovasinya agar dapat dengan cepat diterima sasaran inovasi tersebut.
Semakin cepat tingkat kecepatan inovasinya maka akan semakin cepat pula
inovasi tersebut dapat diadopsi, begitu juga sebaliknya.
Konsekuensi Inovasi
Konsekuensi Inovasi adalah
konsekuensi atau akibat dari suatu perubahan yang terjadi pada individu
atau sistem sosial merupakan hasil dari suatu adopsi atau penolakan
terhadap innovasi. Sebuah inovasi memiliki sedikit dampak sampai inovasi
itu didistribusikan ke dalam berbagai anggota sistem dan digunakan oleh para anggota sistem itu.
Akibat atau konsekuensi diklasifikasikan sebagai berikut : (1) yang diinginkan versus yang tidak inginkan, (2) langsung versus tidak langsung, dan (3) yang terantisipasi dan tidak terantisipasi. Konsekuensi atau akibat yang diharapkan atau diinginkan merupakan pengaruh berfungsinya dari sebuah inovasi pada individu atau sistem sosial. Sedangkan Konsekuensi atau akibat yang tidak diharapkan atau tidak diinginkan murupakan pengaruh tidak berfungsinya dari sebuah inovasi pada individu atau system sosial. Hal tersebut seringkali sulit untuk menghindari ketentuan-ketentuan nilai ketika mengevaluasi berbagai konsekuensi atau akibat yang diinginkan atau tidak diinginkan. Pada kenyataannya, banyak inovasi memberikan konsekuensi yang positif dan negatif, hal ini diakibatkan kekeliruan yang menganggap bahwa dampak yang diinginkat dapat dicapai tanpa mempertimbangkan akibat-akibat yang tidak diinginkan. Namun asumsi tersebut seringkali secara tidak disadari terjadi. Kesimpulan kita, bagaimanapun juga, hal ini umumnya sulit atau mungkin mengatur pengaruh sebuah inovasi untuk memisahkan innovasi yang diinginkan dari berbagai konsekuensi atau akibat yang tidak diinginkan.
Contoh: Penggunaan VCD Pembelajaran di SMP Negeri 71 Jakarta.
• Konsekuensi langsung: Pembelajaran Fisika berjalan lebih efektif dan efisien
• Konsekuensi tidak langsung : Siswa dan guru secara tidak langsung dapat mengembangkan softskill mereka dalam menggunakan computer dan VCD Pembelajaran
• Konsekuensi yang diinginkan dan konsekuensi antisipasi: Siswa menjadi lebih mudah menguasai pelajaran Fisika dan memudahkan guru dalam menjelaskan materi Fisika kepada siswa.
• Konsekuensi yang tidak diinginkan dan tidak dapat diantisipasi: Kurangnya pengawasan guru terhadap siswa yang memutar VCD Pembelajaran ini, sehingga guru tidak dapat mengetahui kegiatan apa saja yang siswa lakukan selain memutar VCD Pembelajaran ini. Bias saja siswa lebih banyak bermain games, dsb.
Akibat atau konsekuensi diklasifikasikan sebagai berikut : (1) yang diinginkan versus yang tidak inginkan, (2) langsung versus tidak langsung, dan (3) yang terantisipasi dan tidak terantisipasi. Konsekuensi atau akibat yang diharapkan atau diinginkan merupakan pengaruh berfungsinya dari sebuah inovasi pada individu atau sistem sosial. Sedangkan Konsekuensi atau akibat yang tidak diharapkan atau tidak diinginkan murupakan pengaruh tidak berfungsinya dari sebuah inovasi pada individu atau system sosial. Hal tersebut seringkali sulit untuk menghindari ketentuan-ketentuan nilai ketika mengevaluasi berbagai konsekuensi atau akibat yang diinginkan atau tidak diinginkan. Pada kenyataannya, banyak inovasi memberikan konsekuensi yang positif dan negatif, hal ini diakibatkan kekeliruan yang menganggap bahwa dampak yang diinginkat dapat dicapai tanpa mempertimbangkan akibat-akibat yang tidak diinginkan. Namun asumsi tersebut seringkali secara tidak disadari terjadi. Kesimpulan kita, bagaimanapun juga, hal ini umumnya sulit atau mungkin mengatur pengaruh sebuah inovasi untuk memisahkan innovasi yang diinginkan dari berbagai konsekuensi atau akibat yang tidak diinginkan.
Contoh: Penggunaan VCD Pembelajaran di SMP Negeri 71 Jakarta.
• Konsekuensi langsung: Pembelajaran Fisika berjalan lebih efektif dan efisien
• Konsekuensi tidak langsung : Siswa dan guru secara tidak langsung dapat mengembangkan softskill mereka dalam menggunakan computer dan VCD Pembelajaran
• Konsekuensi yang diinginkan dan konsekuensi antisipasi: Siswa menjadi lebih mudah menguasai pelajaran Fisika dan memudahkan guru dalam menjelaskan materi Fisika kepada siswa.
• Konsekuensi yang tidak diinginkan dan tidak dapat diantisipasi: Kurangnya pengawasan guru terhadap siswa yang memutar VCD Pembelajaran ini, sehingga guru tidak dapat mengetahui kegiatan apa saja yang siswa lakukan selain memutar VCD Pembelajaran ini. Bias saja siswa lebih banyak bermain games, dsb.
Sunday, 13 May 2012
inovasi dalam organisasi
Contoh
inovasi dalam organisasi adalah PSBG (Pusat Sumber Belajar Gugus). PSBG merupakan jalan untuk meningkatkan profesionalisme
guru. Guru dan Tenaga Pendidik lainnya dapat mengadakan pelatihan KKG, KKKS,
Pembuatan Sosial, Pelayanan ICT dan tersedianya sumber belajar yang memadai
untuk dipergunakan dalam proses pembelajaran. Tujuan Akhir PSBG, diantaranya:
- Meningkatkan mutu pendidikan
- Meningkatkan profesi Guru dan KS
- Mengembangkan Guru dan KS menjadi lebih profesional
- Meningkatkan mutu pembelajaran siswa
- Merangsang kreatifitas Siswa dan Guru dalam menggunakan alat peraga
- Meningkatkan mutu pembelajaran melalui inovasi pendidikan melalui produk PBSG
- Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan cinta lingkungan
Michael Marquardt seperti dikutip Swanson dan Holton (2001)
mendefinisikan organisasi belajar sebagai suatu organisasi yang belajar secara
kolektif dan bersemangat, dan terus menerus mentransformasikan dirinya pada
pengumpulan, pengelolaan dan penggunaan pengetahuan yang lebih baik bagi keberhasilan
organisasi tersebut. Memberdayakan sumber daya manusianya baik di dalam atau di
luar organisasi untuk terus belajar dengan memanfaatkan teknologi untuk
mengoptimalkan produktivitas kinerja individu dalam organisasi tersebut. Seperti
yang telah saya contihkan di atas, bahwa dengan adanya PSBG dapat meningkatkan
mutu, kualitas, dan produktifitas guru.
Sumber:
http://teknologikinerja.wordpress.com/2008/05/06/organisasi-belajar/
http://kelompokinovasi.wordpress.com/2010/12/23/inovasi-dalam-organisasi/
Subscribe to:
Posts (Atom)