Sunday 30 December 2012

Optimalisasi Pergerakkan Sosial di Lingkungan Kampus UNJ


Pergerakan Sosial atau Social Movement adalah suatu aktivitas sosial berupa gerakan atau tindakan sekelompok orang yang bersifat informal atau organisasi. Pergerakan sosial biasanya berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan social dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu.

Kata “Pergerakan Sosial” sendiri diperkenalkan pertama kali pada 1848 pada oleh Sosiolog Jerman, Lorenz Von Stein dalam bukunya yang berjudul “Socialist & Communist Movement since the Third French Revolution” . Pada saat itu gerakan sosial bersifat massive dan biasanya timbul dengan maksud penolakan ataupun perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Pergerakan Buruh dan Sosialis pada Abad 19 adalah contoh prototype dari Social Movement zaman dahulu yang masih mengandalkan kendaraan politik berupa organisasi atau partai. Paska Perang Dunia Kedua, kita masuk kedalam periode reformasi dan perubahaan yang disebut Post-War Periode, pada saat itu berjamuran berbagai gerakan sosial dipicu semakin bebasnya masyarakat untuk berekspresi dan menuntut haknya. “Demokrasi”.

Lantas, bagaimana dengan pergerakan social di lingkungan kampus UNJ?
Mendefinisikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sebagai kampus pergerakan perlu dikaitkan dengan situasi dan konteks zaman. Tiada kaidah baku dari makna istlah kampus pergerakan. Setiap orang punya pemikiran berbeda. Jika konteksnya dikaitkan dengan perkumpulan politik, maka UNJ dengan sendirinya sudah memenuhi syarat sebagai perkumpulan politik. Ada Rektor dan Dekan beserta para pembantunya selaku pimpinan, Tata Usaha Universitas, Fakultas, samapi Jurusan, dan mahasiswa sebagai subjek politik. Tentunya juga ada tata tertib dan tujuan yang ingin dicapai. Ini adalah definisi politik secara sederhana.

Politik itu adalah bahasa kekuasaan yang umumnya berkutat pada segitiga tindakan, yaitu: menguasai, merebut, dan mempertahankan. Mahasiswa harus belajar dan berkecimpung dalam politik. Mengapa? Karena mereka adalah salah satu bagian dari agen politik. Pertanyaannya adalah, “dengan apa mahasiswa berpolitik?”

Banyak jalan bagi mahasiswa untuk berpolitik dan melakukan pergerakan social; BEM Universitas, BEM Fakultas, BEM Jurusan, atau Ormawa tingkat fakultas, Ormawa tingkat Universitas sampai kepada organisi ekstra kampus, merupakan contoh dari jalan pembelajaran tersebut. Di dalam organisasi itu, para mahasiswa berkumpul, berhimpun ataupun berserikat dengan dasar ideologi yang sama guna mencapai tujuan bersama.

Kata optimalisasi terasa lebih cocok dan lebih aktif bagi UNJ sebagai kampus pergerakan. Ketimbang kata revitalisasi yang terkesan ambisius. Optimalisasi disini berarti mengusahakan segenap sikap dan pikiran guna terus memberdayakan organisasi kampus sebagai lumbung gagasan  melalui berbagai kegiatan ilmiah.

Pengoptimalisasian pergerakan social yang dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja dari pergerakan social itu sendiri, karena apabila kerja sudah optimal maka akan menghasilkan hasil yang optimal juga. Sehingga, tujuan dari pergerakan sosial tersebut dapat tercapai secara maksimal.

Pengoptimalisasian pergerakan sosial sangat diperlukan. Mengapa? Karena mengingat perkembangan zaman yag berubah dengan cepat saat ini. Maka, diperlukan sebuah transformasi atau pergerakan sosial. Melalui organisasi kampus tersebut para mahasiswa diharapkan dapat membuka kepekaan dan menajamkan mata nurani terhadap masalah dan realitas sekitarnya.

Nb: tulisan ini pernah diikutsertakan sebagai salah satu syarat sebagai calon Duta Pendidikan UNJ 2013.

No comments:

Post a Comment