Sejak
ditandatanganinya perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA) di Cina pada Januari
2010 lalu, Indonesia sebenarnya sudah memasuki era globalisasi. Era globalisasi
ini tidaklah semudah yang dibayangkan. Ke-tidak-siap-an Indonesia dalam
menghadapi AFTA -yang merupakan program pasar bebas dunia- membuat
produk-produk dalam negeri Indonesia semakin terpuruk.
Persaingan
pasar bebas yang tidak dapat dihindari oleh Indonesia membawa serentetan
kekhawatiran akan masa depan perekonomian bangsa. Produk-produk dari luar
negeri mulai membanjiri pasar Indonesia. Masyarakat mulai melirik produk-produk
luar negeri tersebut.
Banyaknya
produk luar negeri yang masuk ke Indonesia perlahan mengubah pola pikir
masyarakat Indonesia terhadap produk dalam negeri. Masyarakat Indonesia merasa
lebih berkelas ketika bisa menggunakan dan memamerkan produk luar negeri. Bila konsumen Indonesia lebih senang membeli barang-barang
impor, yang akan memetik manfaat terbesar adalah produsen barang di luar negeri.
Uang kita akan mengalir ke luar tanpa ada manfaat ekonomi untuk negeri kita.
Tidak
bisa kita pungkiri bahwa kenyataannya, di negara kita tercinta ini begitu
banyak produk luar negeri yang menguasi perdagangan. Tak peduli jenis apa itu
produknya . Mulai dari makanan, pakaian, alat transportasi , hingga kebutuhan
hidup kita sehari-hari pun selalu dibanjiri dengan produk luar negeri. Sungguh
menyedihkan bukan.
Padahal,
kualitas yang dihasilkan oleh produk dalam negeri kita tidak kalah bagus dengan
produk-produk luar negeri. Hal ini bisa mengakibatkan perekonomian negera kita
semakin terpuruk dan nilai tukar rupiah pun juga ikut terpuruk.
Pemerintah
pun seakan tak mampu berbuat banyak menyaksikan fenomena ini. Kampanye “Mari
Cintai Produk Dalam Negeri” yang dicanangkan pemerintah sudah sering kita
dengar di berbagai media. Pertanyaannya adalah apakah kita sudah melakukan hal
tersebut dengan selalu membeli produk-produk karya anak bangsa? Atau masih
berkiblat pada karya-karya dari negara luar?
Sudah tidak
keren lagi jika kita terus mengutuk pemerintah. Harus ada upaya dan usaha sadar
dari dalam diri kita sendiri untuk ikut memajukan perekonomian bangsa.
Padahal
negara luar pun mencium aroma kreatifitas anak bangsa ini, hingga bahan-bahan
yang mereka gunakan pun tak jarang sebetulnya berasal dari Indonesia. Sayangnya
beberapa masyarakat Indonesia belum sadar akan hal ini. Kekayaan yang dibuat
hasil dari karya anak bangsa tentu patut untuk dibanggakan dan dilestarikan.
Kita sebagai masyarakat Indonesia, harus mencintai produk-produk dalam negeri.
Mencintai
produk Indonesia adalah hal yang sangat dibutuhkan di negeri kita tercinta ini,
banyak masyarakat Indonesia tidak begitu paham tentang keuntungan mengkonsumsi
produk dalam negeri. Padahal, salah satu keuntungan mengkonsumsi produk dalam
negeri yaitu kita bisa menyumbangkan kemajuan bangsa.
Mencintai
produk dalam negeri harus tahap demi tahap kita tanamkan. Negara kita adalah
negara dengan potensi ekspor terbaik di dunia. Apapun yang ada di alam Indonesia
sangat dibutuhkan oleh dunia. Dimulai dari bahan tambang, minyak, agrikultur
dan beragam hasil tekstil. Hanya saja, kita sendiri sebagai penduduk negeri ini
harus memberi kesempatan produk-produk dalam negeri ini masuk ke dalam hati
kita. Jika hal terus menggunakan produk dalam negeri, makan bisa dipastikan
keadaan ekonomi negara kita akan semakin membaik. Rupiah pun akan semakin
merangkak naik dan menguat.
Nah,
jika rupiah terus merangkak naik dan menguat, maka para investor yang semula
menanamkan uangnya dalam dollar akan tertarik untuk menukarkannya dalam rupiah.
Mengapa? Sebab investasi dalam dollar hasilnya sangat kecil sementara investasi
dalam rupiah hasilnya jauh lebih menguntungkan.
Memang,
banyak faktor yang membuat rupiah sulit menguat, seperti neraca perdagangan
yang defisit atau banyaknya hutang jatuh tempo dalam waktu yang bersamaan.
Namun, untuk mencegah dampak negatif yang berkepanjangan, kita harus melakukan
suatu hal yang sederhana namun berdampak luas. Mengkonsumsi produk dalam negeri
misalnya. Mengkonsumsi produk dalam negeri pastilah menggunakan rupiah sebagai
alat tukarnya. Untuk itulah kita harus bangga mengkonsumsi produk dalam negeri.
Kita
tentu tidak ingin Krisis ekonomi 1997, krisis minyak 2005, krisis mini 2007,
dan krisis global 2008, terjadi lagi di negeri ini. Kita juga tidak ingin
investor asing lebih berjaya di tanah air. Untuk itu, mari kita dongkrak naik
rupiah kita dengan bangga mengkonsumsi produk dalam negeri. OK!
No comments:
Post a Comment