Pergerakan Sosial atau Social Movement adalah
suatu aktivitas sosial berupa gerakan atau tindakan sekelompok orang yang
bersifat informal atau organisasi. Pergerakan sosial biasanya berfokus pada
suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau
mengkampanyekan sebuah perubahan social dalam suatu lingkungan masyarakat
tertentu.
Kata “Pergerakan Sosial”
sendiri diperkenalkan pertama kali pada 1848 pada oleh Sosiolog Jerman, Lorenz
Von Stein dalam bukunya yang berjudul “Socialist
& Communist Movement since the Third French Revolution” . Pada
saat itu gerakan sosial bersifat massive
dan biasanya timbul dengan maksud penolakan ataupun perlawanan terhadap
kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Pergerakan Buruh dan
Sosialis pada Abad 19 adalah contoh prototype
dari Social Movement zaman dahulu yang masih mengandalkan kendaraan
politik berupa organisasi atau partai. Paska Perang Dunia Kedua, kita masuk
kedalam periode reformasi dan perubahaan yang disebut Post-War Periode, pada
saat itu berjamuran berbagai gerakan sosial dipicu semakin bebasnya masyarakat
untuk berekspresi dan menuntut haknya. “Demokrasi”.
Lantas, bagaimana dengan
pergerakan social di lingkungan kampus UNJ?
Mendefinisikan Universitas
Negeri Jakarta (UNJ) sebagai kampus pergerakan perlu dikaitkan dengan situasi
dan konteks zaman. Tiada kaidah baku dari makna istlah kampus pergerakan.
Setiap orang punya pemikiran berbeda. Jika konteksnya dikaitkan dengan
perkumpulan politik, maka UNJ dengan sendirinya sudah memenuhi syarat sebagai
perkumpulan politik. Ada Rektor dan Dekan beserta para pembantunya selaku
pimpinan, Tata Usaha Universitas, Fakultas, samapi Jurusan, dan mahasiswa
sebagai subjek politik. Tentunya juga ada tata tertib dan tujuan yang ingin
dicapai. Ini adalah definisi politik secara sederhana.
Politik itu
adalah bahasa kekuasaan yang umumnya berkutat pada segitiga tindakan, yaitu:
menguasai, merebut, dan mempertahankan. Mahasiswa harus belajar dan
berkecimpung dalam politik. Mengapa? Karena mereka adalah salah satu bagian
dari agen politik. Pertanyaannya adalah, “dengan apa mahasiswa berpolitik?”
Banyak jalan
bagi mahasiswa untuk berpolitik dan melakukan pergerakan social; BEM
Universitas, BEM Fakultas, BEM Jurusan, atau Ormawa tingkat fakultas, Ormawa
tingkat Universitas sampai kepada organisi ekstra kampus, merupakan contoh dari
jalan pembelajaran tersebut. Di dalam organisasi itu, para mahasiswa berkumpul,
berhimpun ataupun berserikat dengan dasar ideologi yang sama guna mencapai
tujuan bersama.
Kata
optimalisasi terasa lebih cocok dan lebih aktif bagi UNJ sebagai kampus
pergerakan. Ketimbang kata revitalisasi yang terkesan ambisius. Optimalisasi
disini berarti mengusahakan segenap sikap dan pikiran guna terus memberdayakan
organisasi kampus sebagai lumbung gagasan melalui berbagai kegiatan
ilmiah.
Pengoptimalisasian
pergerakan social yang dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja dari pergerakan
social itu sendiri, karena apabila kerja sudah optimal maka akan menghasilkan
hasil yang optimal juga. Sehingga, tujuan dari pergerakan sosial tersebut dapat
tercapai secara maksimal.
Pengoptimalisasian
pergerakan sosial sangat diperlukan. Mengapa? Karena mengingat perkembangan
zaman yag berubah dengan cepat saat ini. Maka, diperlukan sebuah transformasi
atau pergerakan sosial. Melalui organisasi kampus tersebut para mahasiswa
diharapkan dapat membuka kepekaan dan menajamkan mata nurani terhadap masalah
dan realitas sekitarnya.
Nb: tulisan ini pernah diikutsertakan sebagai salah satu syarat sebagai calon Duta Pendidikan UNJ 2013.