Wednesday 1 August 2012

Resume Buku: Mencari Pahlawan Indonesia - Anis Matta


Krisis demi krisis yang telah merobohkan satu per satu sendi-sendi bangunan kehidupan di negeri ini, membuat kita kini begitu merindukan sosok-sosok pahlawan yang dapat mengentaskan kita dari krisis berkepanjangan yang terus melanda negeri ini. Seperti yang dikatakan oleh Chairil Anwar bahwa kita begitu merindukan pahlawan yang “berselempang semangat yang tak bisa mati”.
Sesungguhnya yang dinanti di saat genting ini adalah kepahlawanan. Pahlawan bukan saja orang yang memanggul senjata berjuang melawan penjajah di zaman perang kemerdekaan. Bukan pula penguasa dengan segenap kemewahan dan luasnya wilayah pemerintahan. Pahlawan adalah orang biasa yang hidup di zamannya masing-masing tetapi mengerjakan pekerjaan yang besar dan luar biasa. Ia memiliki naluri dan tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap setiap tantangan yang ada. Ia berani mengambil tanggung jawab karena seorang pahlawan adalah pemberani sejati.
Membahas tentang kepahlawanan berarti kilas balik kepada masa lalu terlebih pada saat masa kejayaan kaum muslimin. Pahlawan muslim lahir dan berjanji pada sejarah untuk pantang menyerah. Mereka hidup dalam semangat dan semangat dalam hidup. Optimisme yang selalu terjaga dimanapun dan kapanpun berada membawa mereka menjadi pahlawan dengan kebesaran jiwa. Pantang menyerah, sabar dalam berbagai ujian, menjaga kesungguhan dan rela berkorban adalah motivasi mereka. Tak sedikit pahlawan yang hidup dalam tekanan berat tetapi mampu berapresiasi melahirkan karya-karya besar sebagai kontrol terhadap tanggung jawabnya. Tak jera terhadap ancaman isolasi, keterasingan, ataupun kesepian karena terbekali dengan kemampuan intelektual dan spiritual yang tajam.
Pahlawan lahir dan besar dalam lingkungannya masing-masing. Hanya kepekaan yang besar terhadap pemisah antara realita dan idealita yang menjadikan mereka lebih dari sekedar orang biasa. Oleh karena itu, mereka bergerak tertatih dalam kecemasan untuk menciptakan perubahan dengan meyakini bahwa kesempatan hanya jika terdapat orang-orang yang menciptakannya. Kadang atau bahkan seringkali mereka mengalami kegagalan, kalah ataupun musibah tetapi mereka bisa selalu unggul dalam mempertahankan vitalitas. Vitalitas terseut terbentuk dari perpaduan keberanian, harapan hidup dan kebesaran jiwa. Para pahlawan pernah sedih dan kecewa tetapi dapat membingkainya dalam semangat kerja realita.
Pahlawan adalah manusia biasa yang mempunyai keterbatasan. Ia tak mahir dalam segala hal tetapi mampu profesional dalam bidangnya. Mereka bekerja pada ruang-ruang kemampuan optimal yang dapat dikerjakan, tenggelam dalam merealisasikan mimpi-mimpi besarnya dan selalu menjaga kehormatan dirinya. Bukan untuk sombong, angkuh ataupun tinggi hati, tetapi karena kehormatan diri harus dijaga agar tidak hanyut dalam gelombang perubahan zaman.
Kepahlawanan hanya muncul sesaat tetapi maknanya bisa melebihi usia bahkan generasi selanjutnya. Ia dibangun dengan berbagai sukses kecil yang akan memperkokoh sukses besarnya. Mereka selalu optimis dan berpaku pada harap dan cita karana mereka hanya percaya kesuksesan. Dengan dorongan spiritual, kelembutan dan kebesaran baik dari istri maupun sang ibu mampu menegakkan tekad yang kadang sempat ragu. Selalu ada pahlawan yang tepat di setiap masa. Mungkin tak hanya satu karena kontribusi besar dibangun oleh banyak pahlawan.
Sesungguhnya manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat untuk yang lainnya. Itulah para pahlawan. Mereka mendedikasikan hidup untuk orang lain. Keikhlasan dan tanggung jawab teremban pada diri yang selalu rasional dan kritis terhadap masyarakat. Mampu memilah antara kebutuhan pribadi dengan kepentingan publik sehingga apa yang ia kerjakan tak hanya bermanfaat untuk pribadi. Jika ia berlimpah materi akan tetap zuhud dan dermawan. Pun jika mereka miskin, itulah pilihan hidup mereka tanpa melepas kehormatan dirinya. Jadi apa yang mereka miliki menjadikan sumber berkah bagi semua.
Para pahlawan datang dengan membawa beban yang tak dipikul oleh manusia lain di zamannya. Dimana beban-beban yang mereka pikul merupakan tantangan-tantangan besar yang senantiasa mengiringi derap langkah mereka, sehingga muncullah naluri kepahlawan dari dalam diri mereka yang kemudian menghasilkan respon terhadap tantangan kehidupan itu sendiri.
Pahlawan sejati adalah pemberani sejati, sebab segala tantangan yang senantiasa mengiringi mereka menyimpan risiko yang tidak kecil dan remeh. Ibarat sebuah pohon bahwa naluri kepahlawanan sama dengan akar, maka keberanian sama dengan batang pohonnya. Dan keberanian didukung oleh beberapa kemampuan, yaitu kemampuan berenang, kemampuan memanah, dan kemampuan berkuda.
Keberanian tak akan dikatakan sempurna tanpa hadirnya sikap sabar, sebab sabar merupakan nafas yang menentukan lama tidaknya sebuah keberanian bertahan di dalam diri seorang pahlawan (Qs. Al Anfal : 65).
Seorang pahlawan haruslah menjadi sosok yang mau dan mampu memberi banyak manfaat pada masyarakat. Dan kaum muslimin mengalami kemunduran, dimana justru orang-orang barat menjadi semakin maju, hal ini disebabkan oleh kaum barat yang mampu berkorban lebih besar dibandingkan kaum muslimin.
Para pahlawan sejati telah mempercayai dan memendam optimisme bahwa mereka sudah berada di bawah bendera kemenangan, yaitu kemenangan atas rasa takut, kemenangan atas sifat pengecut, kemenangan atas cinta dunia dan kemenangan atas diri sendiri. Walaupun mereka belum menyaksikan kemenangan itu sendiri. Karena sesungguhnya Allah telah menjajikan kemenangan bagi kaum muslimin.
Para pahlawan mukmin sejati menilai karya mereka dengan bijak, mereka tidak pernah memandang karya-karya besar mereka secara berlebihan, tetapi mereka juga tidak pernah meremehkan pekerjaan-pekerjaan kecil yang mereka lakukan.
Para pahlawan mukmin sejati selalu unggul dalam kekuatan spiritual dan semangat hidup. Senantiasa ada gelombang gairah kehidupan yang bertalu-talu dalam jiwa mereka. Itulah yang membuat sorot mata mereka selalu tajam, di balik kelembutan sikap mereka. Itulah yang membuat mereka selalu penuh harapan, di saat virus keputusasaan mematikan semangat hidup orang lain.
Sesuai dengan kandungan surat Al-Baqarah: 286, yaitu karena, "Allah membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya... ". Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia diwajibkan untuk berikhtiar hingga batas maksimum kemampuannya, dimana mencapai batas maksimum kemampuannya adalah seperti halnya mendekati kesempurnaan dalam beramal.
Peluang kegagalan dalam perjuangan adalah sama besarnya dengan peluang keberhasilan, sehingga seorang pahlawan dituntut untuk dapat melampaui kegagalan-kegagalannya dan kemudian dapat menggapai takdirnya sebagai pahlawan.
Pekerjaan-pekerjaan besar yang mempertemukan seorang pahlawan mukmin sejati dengan takdir kepahlawanannya, selalu melibatkan seluruh instrumen kepribadian sang pahlawan ketika ia sedang melakoni pekerjaan tersebut. Pekerjaan-pekerjaan itu pastilah menyedot energi fisik, jiwa spiritual, dan pemikirannya. Maka, dalam hal ini seorang pahlawan haruslah mampu untuk mensinergikan seluruh kecerdasannya, baik kecerdasan intelektual, emosi, maupun spiritualnya. Dan di balik kebesaran seorang pahlawan terdapat perempuan-perempuan yang luar biasa, yaitu sang ibu atau dan sang istri.
Selain itu, seorang pahlawan haruslah benar-benar berazam untuk berjihad demi agama Nya. Dan sesuai sabda Rasul bahwa jihad yang paling utama adalah Menyatakan kebenaran di depan penguasa tiran.
Setelah kemenangan digapai, maka kemenangan/kekuasaan tersebut haruslah diinstitusikan menjadi sebuah imperium. Selanjutnya ialah bahwa seorang pahlawan mampu bersikap zuhud dan jadilah pemburu akhirat, maka dengan demikian di terlepas dari fatamorgana dunia.
Pahlawan dengan kekuasaan spiritualnya ialah ketika seorang pahlawan berkuasa dengan karismanya. Kharisma yang terbentuk dari gabungan wibawa dan pesona, ilmu dan akhlak, pikiran dan tekad, keluasan wawasan dan kelapangan dada. Mereka menyebarkan ilmu dan cinta. Mereka membawa cahaya dan menerangi kehidupan manusia.

No comments:

Post a Comment